Friday 11 January 2013

THE SECRET

Pernah baca buku ‘The Secret’ karangan Rhonda Byrne? Isinya tentang hukum tarik menarik dimana bila Anda menginginkan sesuatu, Anda harus benar-benar memikirkannya dan menjaganya sampai benar-benar terwujud. Karena di alam semesta ini, ada sebuah hukum gaya tarik, dimana yang positif akan menarik yang positif dan yang negatif akan menarik yang negatif juga. Bila Anda ingin menjadi kaya, maka ciptakanlah gambaran diri Anda sebagai orang kaya di dalam pikiran Anda. Jangan pernah meragukannya sedikit pun, karena keraguan Anda seperti sebuah palu yang menghancurkan bangunan positif yang sudah Anda bangun di dalam pikiran Anda sendiri.
Mario Teguh dengan slogan ‘salam super’nya pun mengambil pelajaran baik dari hukum tarik menarik ini (law of attraction). Dengan logika yang baik untuk membawa psikologi orang menemukan percaya dirinya, Mario Teguh sangat bijak memanfaatkan peluang sebagai motivator yang bisa diterima berbagai golongan. Dari yang miskin sampai kaya, dari yang pendidikannya rendah sampai tinggi bahkan dari berbagai golongan agama yang berbeda. Saya menyambut positif apa yang sudah dihasilkan oleh perjuangan Mario Teguh dalam mengubah pandangan psikologis orang Indonesia tentang melihat kehidupan dari perspektif pemikiran individu yang menjalaninya.
Dalam tulisan ini, saya ingin mengkritisi tentang satu hal yang terlewatkan oleh buku ‘The Secret’ dan pemahaman Mario Teguh menyelami kehidupan. Apa yang saya temui dalam beberapa kasus nyata di lingkungan pertemuan dari berbagai aktifitas membuat saya melihat ada satu pemahaman yang tak dimasukkan sebagai alur logika dasar kehidupan. Pemahaman yang saya maksud adalah hukum sebab akibat, hukum aksi reaksi, hukum tanam tuai atau mungkin lebih dikenal dengan bahasa hukum karma. Dalam hitungan kalkulasi pemahaman ‘The Secret’ dan Mario Teguh, hukum karma tidak dijelaskan secara detil dan mendalam, hingga membuat banyak orang tak melihatnya sebagai sebuah alur pemahaman dasar memahami kehidupannya.
Hukum sebab akibat, hukum aksi reaksi, hukum tanam tuai, hukum karma, hanya dikenal oleh mereka yang mendalami spiritualitas kehidupan. Dalam pemahaman spiritualitas kehidupan, hidup yang kita jalani saat ini adalah akibat dari sebab di kehidupan masa lampau. Bahasa yang dikenal dengan pemahaman ini adalah reinkarnasi, suatu siklus kelahiran dan kematian yang selalu berulang membawa kalung karma di setiap jiwa manusia. Reinkarnasi adalah suatu pemahaman kehidupan yang masih diperdebatkan oleh agama-agama dunia, namun para pelaku spiritual yang sudah melampaui pemahaman agama yang terbatas, sudah terbiasa memahami reinkarnasi sebagai bagian dari hitungan abadi di tiap kelahiran seorang anak manusia.
Karma seseorang di setiap kelahiran itu sudah ada dan tiap orang diajarkan untuk menerimanya sebagai bagian dari pengalaman ‘jiwa di dalam badan’. Karma bukanlah kutukan, melainkan suatu pilihan (akibat) dari keputusan (sebab) yang kita ambil di masa kehidupan lampau. Pemahaman spiritual mengatakan bahwa hidup bukanlah tentang ‘menuju’ suatu keadaan tertentu, melainkan tentang mengalami suatu keadaan ‘menjadi’ dengan berbagai pilihan yang sudah diputuskannya sendiri. Ketika jiwa terlahir memakai ‘pakaian’ raga manusia, maka semua rencana jiwa itu tertutup oleh kelahirannya di dunia. Maka disebutkan dalam spiritual, seseorang harus menemukan tujuan kelahirannya agar mengerti mengapa dia menjalani kehidupannya seperti saat ini.
Ketika seseorang mengerti tentang tujuan kelahirannya sebagai manusia di dunia saat ini, maka dia akan menemukan kejernihan untuk menjalani segala hal yang harus dia lewati sebagai bagian dari proses sempurna ‘pengalaman jiwa’ yang dipilihnya sendiri. namun banyak orang pasti tidak setuju kalau dikatakan bahwa pengalaman hidup saat ini dia sendiri yang memilih. ‘kalau bisa memilih, pasti yang aku pilih lahir sebagai anak seorang raja di kerajaan Inggris sana..’ demikianlah komentar teman saya tentang pilihan jiwanya. Sayangnya, antara pemahaman jiwanya dan pemahaman manusianya tidaklah sama. Jiwa lebih mengerti arti kelahirannya sebagai manusia di dunia saat ini dan menerimanya sebagai proses penyempurnaan diri. Sedangkan manusianya yang terikat sekali dengan keduniawian sementara ini sangat sulit menerima segala beban dan derita yang harus dilewatinya, karena memang tidak enak dan tidak nyaman untuk dijalani. Apalagi membandingkan banyak orang di sekitarnya yang pemikirannya rata-rata di bawah dirinya bisa lebih enak dan nyaman kehidupannya.
Hukum tarik menarik, Law of Attraction tidak akan bisa menjelaskan fenomena kenapa orang susah sedari kecil, sudah mempraktekkan ajaran mereka tapi tetap susah saja hidupnya. Paling-paling jawabannya adalah pada kata takdir hidup. Kenapa tidak dijelaskan takdir hidup itu apa? Mengapa susah sekali mengenalinya? Atau sulit masuk ke ranah karma reinkarnasi karena masih didebatkan oleh agama-agama dunia? Kenapa tidak memberitahukan saja bahwa di ranah spiritual, di ranah orang-orang mencari jawaban tentang takdir, ada istilah karma, reinkarnasi, hukum sebab akibat, hukum tanam tuai yang berlaku abadi, di setiap permainan kelahiran dan kematian raga fana. Saya pikir, hal itu tidak salah dijelaskan dan diberitahukan. Setelah diberitahukan tentang semua itu, silahkan dikembalikan pada individunya, kalau mau lebih dalam, bergaullah dengan orang-orang spiritual yang lebih mengerti kedalaman pemahaman hal-hal itu.
Sangat disayangkan bila seseorang yang ingin mengerti tentang alur kehidupannya sebagai manusia di dunia sementara ini, tidak mendapatkan pemahaman yang cukup lengkap, sebab hal ini bisa mencerahkan jiwa-jiwa yang hidupnya tak seindah dan tak sesempurna seperti yang mereka inginkan dalam bayangan pikiran mereka. Sehingga mereka pun bisa menerima apapun kehidupan mereka saat ini dengan hati yang selalu penuh rasa syukur dalam menjalaninya. Kehidupan yang sudah diberikan oleh kita, sebenarnya bukan untuk dilawan atau diarahkan menuju ke tempat yang nyaman menurut pendapat manusiawi kita saja, tapi yang lebih esensi dari kehidupan ini adalah keinginan jiwa untuk mengalami pilihan dari sebab yang sudah dia putuskan sendiri di perjalanan keabadian ini.

No comments:

Post a Comment