Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~
Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu {menjadi
ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka
tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang
melihatnya. 34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di
sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir
yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri
dengan sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk
menjawab: "Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh
negeri orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya
mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~
Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari
yang maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu
sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah
orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk
pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah
yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun
menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar
akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa
kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk
menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi
kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~
kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan
benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah
ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata:
"Kami beriman kepada Tuhan semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan
Harun". 49~ Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa
sebelumaku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar
pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti
benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan
memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu
semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami},
sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami
amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami,
karena kami adalah orang-orang yang pertama sekali beriman."
{Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi
Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya
makin meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya
merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir jika
gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan
kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan
pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa
kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar
dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah
engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan
meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang
menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita?
Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh
oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan
tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya
akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun
menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku sejak
dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita
membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di
kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah
jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat
negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita
yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan bertindak terhadap
Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita
sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan
oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan
macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang
menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas kambing
dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya
kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat kerajaan
Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan
pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada
masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya
menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk
akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mrk alami.
Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya
memohon kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan dan
perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan
bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun
bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya
terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang
Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun
terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp
pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu.
Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat
terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan
kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak
dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya
bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka
Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang
menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun
memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk
bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di
undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang
merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan
yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk
membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin
itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta
tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah
Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu
bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu
bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya.
Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan
menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam
kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang
telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang
akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun
memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus
terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan
negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan:
"Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan
menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu
akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah
dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang
sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat
kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu
meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu akan
menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan
berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu
itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin
kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa
kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan
kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak."
Orang
mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan
pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan
kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap
dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah
dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka
sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada
orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan
menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan
pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka
menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan
tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa
secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran
Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku
berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru
kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa
yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman
kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun.
Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan
kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada
Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh,
bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui
batas akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah
nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku
ini kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa
susah karena perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan
urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan
Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah
tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga
ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat
38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata
pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}: "Apakah kamu akan
membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di negeri ini
{Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab:
"Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas
mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah
dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". 129~
Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu
datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab:
"Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu
khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." {
Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman
di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya
berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia
menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang
pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia
seorang yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya
kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah
kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang
akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun
berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku
pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu selain jalan yang
benar." 30~ Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya
aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti peristiwa {kehancuran}
golongan yang bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum Nuh, Aad,
Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak
menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku,
sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari
panggil-memanggil. 33~ {yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling
kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari
{azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya
seorang pun yang akan memberi petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~
Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan
kejahatan itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik
laki-laki mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka
mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab.
41~ Hai kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan
tetapi kamu menyeru aku ke neraka? 42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya
kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku
ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya
aku {beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik
di dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah
kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk
itulah penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku
katakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah
memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun berserta
kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain
tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi
Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi
Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang
semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam
pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata
Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh
Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku
ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku
dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan
melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain
kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah diperhambakan
jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan
mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat
bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana
sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang
memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan
tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang
bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang
hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi hatinya dan menerangkan
maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas,
sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin
atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat
sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah
pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata
Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata
rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan
perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan
fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd
puncaknya, melihat Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras
kepala menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin
memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il terutama
para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada
kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa
Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman,
kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah
dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap
tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di
dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah
Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi
kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang
meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan
mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau
redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan
beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu
yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang
diperkenankan oleh Allah, maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh
krisis kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil
sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping
serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang
sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan
dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan
oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan
rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak.
Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak
dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan
lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak
yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman
hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur,
disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat
tidur, hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada
waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah
mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, agar
memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan
perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada
Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari azab bala
itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan
hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji
mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa,
seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa
kepada Allah tetapi karena hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah
tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51
sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan
ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
"Dan
berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku membunuh
Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku
khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka
bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya
{seraya} berkata: "Hai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku
dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang
kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina
ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau malaikat datang
bersama-sama dia untuk mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun mempergaruhi
kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana
sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54
}
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta
kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka
menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak
beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu
tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu
mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88
sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum
{Fir'aun dan} kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang
dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran 131~
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini
adalah kerana {usaha} kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan mrk
lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta
dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan
dari Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk
berkata kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami
untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak
akan beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka
taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi
mrk tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan
ketika mrk ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun
berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan
{perantaraan} kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada sisimu.
Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu drp kami pasti kami
akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi
bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga
batas waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." {
Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani
Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup
merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan
Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah
yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari
cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang
kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari
Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah
pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan
berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan
bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah
mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam
suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan
takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il
ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk
dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha
mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila
mrk tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari
Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi
Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?"
Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada di depan
kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami
perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi
Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami
telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi
jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim
itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa
berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang
kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan
perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin
Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung
yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut
yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa
dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah
mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat
terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang
sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas
dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa
seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam
pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti
Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir
Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang
tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat
jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat
bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk
mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk
akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui
bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia.
Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang
harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya
turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering
itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang
sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang
telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah
maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan
yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah
dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang
terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan
tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup
di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya
untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada
detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri
dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku
percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku
beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah
seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang
menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata beriman
kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu
dpt menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan
percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan
kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak
akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu.
Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi
orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu
untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan
kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih
meragukan kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang
ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia
adalah manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup
kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd
fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa
Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa
berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang
Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang
biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya,
menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta
memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala
sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di
permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang Fir'aun dan
kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang
terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet
hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang
isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat
77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah
"Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk
mrk jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan
tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun
dengan bala tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang
menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak
memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan
bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu matahari terbit. 61~ Maka
setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut
Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul; sesungguhnya
Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63~ Lalu
Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu adalah seperti
golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang
bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.
67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu
tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk tidak beriman. 68~ Dan
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha
Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan
Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala
tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91~
Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu telah
durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya
kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam
perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara
dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun
dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat
sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya.
Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk kamu sebuah
tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang disembah
sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka
itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti
akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu
selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan
menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan
penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas umat-umat yang
lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan
mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu,
Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja
kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta
bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan
Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas
matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana
orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak
oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka
awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas
teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman
mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah
menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis sebagai
madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya:
"Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan
bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa
mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan
kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan
tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata
air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa,
masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka
mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah
berikan kepada mrk yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan
penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang
lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi
dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan bagi mereka apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun,
bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas
dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang
aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: "Mahukah kamu memperoleh sesuatu
yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih
baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu
kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan
kamu minta."
Pokok
cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah"
ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~
Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka setelah
mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka
{Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan
{berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}". Musa
menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
{sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan
kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan.
140~ Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain
dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala
umat". { Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi
menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami
wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah
batu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua belas mata air.
Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan
Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka
manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang
Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi
merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~
Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh sabar
{tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang
putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah
kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?
Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu
minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut
riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di
Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah
kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi
bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan
bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan
persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu
mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan
yang baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang
mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka
setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam
binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberinya
sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada
kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa
selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah. Kemudian
pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan bermunajat
dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah
berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap
kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan
bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap
akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan
dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat
yang datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu
kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk
menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap,
padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami
adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat
tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama
sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat
puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah
dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan
mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum
yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada
saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit
Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan
ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri
mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di
belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk
mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah
berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat
bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia
kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi
Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi
tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah
seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali
dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun
kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau
wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan
menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan
bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci "Taurat"
berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara
ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci
dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang
diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada
Musa dengan firman-Nya: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih
engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa
risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan
kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku,
maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang
teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku
berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa
Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan
dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar
mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan
mereka di tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah
tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan
surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~
"83~
Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84~
Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera
kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~
84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan
Taurat} sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan
jumlah malam itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu
yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa
kepada saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku
dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang
membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan
{Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
{langsung} kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat
Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan
berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah
ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala}
nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung
itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci
Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman."
144~ Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih
dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk
berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat}
segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman:
"Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang
kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf:
142 ~ 145 }
Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi
Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan
Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga
puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan
Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa
untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka
janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke
tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang
telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan
kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk
menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa
seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam kegelapan dan dalam keadaan
yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan
yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan
yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il
itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil
menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk
menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi
Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah.
Samiri yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah
tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak
dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar
mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri
melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah
pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya
segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan
pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang
dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para
wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa
sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati
yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il
pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan
persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang
berkata: "Alangkah bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu
yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak
pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah menganiaya
diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah."
Teguran
Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri
itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini
sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah
kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya
yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka
dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara
mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga
dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk
mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia
hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti
kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi
Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya
kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat
tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama
ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di
tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung
lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan
sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat
dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya
ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala
engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan
Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku
menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau
berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan
kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan
ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi
teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan
rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat
dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku.
Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku
khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras, akan
terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan
menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah
membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku.
Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah
mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya,
berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang
keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang
mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali
menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri
menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku
telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam tanah
bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas
yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat
menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah
hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa
kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab
karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu
{sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan
menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di
akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat
dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian
berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah
buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku! Apakah
engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau
menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu
yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan
ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali
melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami
disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir
yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang
menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma
menjadi patung anak lembu yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan
mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam
dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah
berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan
patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu
kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun
drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya
kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah
disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar
selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan
merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa
beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah
ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada
Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi
hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua
dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan
Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya,
maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari
kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung
anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara
kaumnya untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah
meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan
itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang
telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu
menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah
awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa
diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka
bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh
itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah
dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala
mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah
selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka
kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah
dengan terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan mereka yang
menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah seketika itu juga
mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka
sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang
menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang
terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni
dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur
Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian
aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku.
Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka
nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan
dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa
Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh
orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sedar dari
pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari
mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai
pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi
segala apa yang dilarangnya.
Pokok
cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak
tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah
"Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56,
63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka
sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan
mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~ Kemudian Musa kembali kepada
kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang
baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu
melanggar perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka berkata: "Kami sesekali
tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi
kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami
telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya." 88~
Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan
bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi
Musa telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan
bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka
dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak pula
kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka
sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi cubaan
dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha
Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka
menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa
kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang
menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu
tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai
perintahku?" 94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu
pegang jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir
bahawa kamu akan berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani
Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa:
"Apakah yang mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri
menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka
aku ambil segenggam aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan
demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka
sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat
menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu
hukuman {di akhirat} yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan
lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami
akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke
dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu
hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi
segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka
sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat,
mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi rahmat
kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang
yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku
ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau
dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang." {
Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu
diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt
petunjuk dan rahmatbutk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan
Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat
kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka
digoncang genpa bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki
tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah
Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg
akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan
dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk
kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka
ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi
ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan
{ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena itu kamu
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu Kami
bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." { Al-Baqarah
: 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji
dari kamu dan Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami
berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan
ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian
kamu berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada
kurnia Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang
rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak
kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il.
Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah
menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah
diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun ,
musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di
tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah
memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna
dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah
mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri
untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia
dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka,
tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur,
berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang
diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan
perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin,
tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk
menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan
melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka
harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah
orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan
diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah
melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir
suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka
selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat
pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha
sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya
menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal
sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta
Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan
tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik
pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak
mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman
tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat
sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang
menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan
bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada
Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada
seorang drp kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah
Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak
menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami
dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana
hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki
Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh
tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi
Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam
kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul
generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang
telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :
"20~
Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya
kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara
umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin}
yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari
kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi
orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya
dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami
tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika
mereka keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua
orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang
{kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan
hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang
yang beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu
pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata Musa:
"Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu."
26~ Allah berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu
diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka
akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu
bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." {
Al-Maidah : 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah
satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada
Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi
Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera
tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan
yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang
pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari
putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang
besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana
menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak
kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa
saudara mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu
pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar
itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu
dilaksanakan menurut rencana yang tersusun rapi kemudian datanglah
mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara
sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya
mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi
Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu
serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa
memohon pertolongan Allah yang segera menwahyukan perintah kepadanya
agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan lidah sapi yang disembelih
itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah akan bangun
kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan
pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara
yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek
karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu
boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali menunjukkan
kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang
kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal
manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa
pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek:
"Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak
menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau
memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya
kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih?
Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat
salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab:
"Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina
berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau
mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian
dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi
yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim
piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan
ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak
yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang
tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah
memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat
meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka
berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan
harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang
diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi
yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa,
lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup
kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para
pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya
sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya
diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu
namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan
membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur
yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran
yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam surah
"Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :~
"67~
Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu
hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung
kepada Allah drp menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil." 68~
Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia
menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah
apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa
sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi
menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu
{masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat
petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak
tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada
belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat
sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir
saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika
kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang
itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan
sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan
kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu
tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada
suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia
berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada
mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka
yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang
tulus, melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi
Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat
Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa
mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya
kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai
dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya
orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya
lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata dalam hati
kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku
adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat
membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan
bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat
melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum
pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa
sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa,
dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah
lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang
rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang,
nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim
daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada
diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang
hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh
yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi
tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat
menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri
dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan
luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai
Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi
memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan
ilham yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada
Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu
mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan
kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui
hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan
yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya
yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah
keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia
berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang
soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman
sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya
bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala
Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu
yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di
atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia
lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di
dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut
itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya,
bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun
tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa
beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta
dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt
lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan
teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut.
Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh
syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada
di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di
dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan
melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu
segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah
Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari
Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu
dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah
tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami
cari. Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi
tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba
mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat
seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan
iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan
pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata
salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang
soleh itu. Musa menjawab: "Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang
soleh itu: "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari
yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah
yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan
berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan
berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan
sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba
soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir
itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri
bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami
dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan
perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan
benar dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri
melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut
pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang
ingin belajar dan menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan
mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu
perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa:
"JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka
engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu
sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau
tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan
dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku
dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan
perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."
Dengan
diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan
mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam
perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir
terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah
perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik
perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan
senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran
bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh
pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri
yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada
dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di antara
gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu
itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap
oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang
telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri
dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau telah melakukan
perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi perahu ini. Apakah
dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini
dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada
pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan
kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata
Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan kepadamu
bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tindak-tandukku di
dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku
telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan
dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh
Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah
pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka
dengan seorang anak laki-laki yang sedang bermain-main dengan
kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir,
dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya
seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir
yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak
berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan
satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang
diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat
berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada
beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau telah
membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah
melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab
dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa
engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan
rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:
"Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi
lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau
memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang
diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan mereka
berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat
untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang
telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan
sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong
mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal
bachil {pelit} itu yang mahu menolong mereka memberi tempat
beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka
segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan
Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah
satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding
itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar,
berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau
berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka
telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap
makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah
bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau
perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir
menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah sesuai dengan
janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur.
Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan
serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak
wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir
melanjutkan huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera yang kami tumpangi
itu adalah dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan
oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera
itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang
digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari.
Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang zalim
itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu yang dianggapnya
rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah
pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari
tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak
yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya
dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah
orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan
menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan
anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah
akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka
berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku
tegakkan kembali itu adalah karena dibawahnya terpendam harta
peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang
yang soleh ahli ibadah dan Allah menghendaki bahwa warisan yang
ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai ketangan mereka selamat dan
utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan
serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah
wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan
tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar
hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri
tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~
Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku
akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke
pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka
berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari
makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan
kita ini." 63~ Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan
tentang ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya
kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara
yang aneh sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari."
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah
Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir:
"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang
benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia
menjawab: "Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar
bersamaku, 68~ dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu
belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa
berkata: "Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang
sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia
berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan
kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya
kepadamu." 71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki
perahu, lalu Al-Khidhir melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu
melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?"
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72~ Dia
{Al-Khidhir} berkata: "Bukankah aku telah katakan: "Sesungguhnya kamu
sesekali tidak akan sabar bersama dengan aku." 73~ Musa berkata:
"Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu
membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku," 74~ Maka
berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang
pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa kamu bunuh
jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya
kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~ Al-Khidhir berkata:
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu
tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu memperbolehkan
aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."
77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka
kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang
hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata:
"Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu." 78~
Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu kelak
akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak
dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan
orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan
bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas
tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya
adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami
menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih
sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan
dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah
seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai
kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat
dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku
sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun
adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia
dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar
yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam
usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya
dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru
kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya
karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di
antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan
lain drp yang lain. Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari
,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi
keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi
yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas dengan
tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya
yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah
puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang
emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana
halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh
harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai
kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya
memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan
bagaimana ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah
itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan
sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir miskin,
menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan lapar
tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi
itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan beramal
kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang dapat
meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau menderita
cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas
itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban
sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang
dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun
dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena
kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan menerima
nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan
kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan
diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu
bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya
dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan
kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan
harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa
terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada
para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan
pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang
menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara
menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia
keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa
pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai
kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang
ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk
terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik
diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak
diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun?
Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam
hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar
itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan
miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun
makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar
ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk
disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin
akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah
telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan
berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap
ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang
yang melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun
merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan
keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah
membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami
telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu.
Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau
bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin
meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta
kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami
sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah
membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang
pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin
melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang
menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat
ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah
yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak
dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah
berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan
berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah
tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan
dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan
dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah
wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya
fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan
untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi
akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap
kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa
dengan maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan
mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana
diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi
Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin
memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan
cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih
jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru
bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan
umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi
Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang
diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu
untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan
kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan
bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah
ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia
tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi
perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat
merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara
hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang
tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan
fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu
berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang
sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya
yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang
berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang
membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan
doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana
terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan
tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun
hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa
yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi
pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan
mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah
dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah:
"Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami
dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan
duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati
dan mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2
tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah."
Isi
cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76
sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya
Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka
dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang
kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2.
{Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang
lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata:
"Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan
apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan
umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang
berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada
kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki
kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang
telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah
dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak
diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami
benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya
suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah
ia termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah
orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:
"aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak
melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah
membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang
yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang
yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan
yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan
terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah
Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan
Yusya bin Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan serangan
dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab,
bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan
di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa
Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan
menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan
kemenangan bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil
dan merampas benda keramat mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah
peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout
itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia yang telah diberikan
oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu
benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian
kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap medan
perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat
juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi
musuh. Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin
hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah
kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang ternakan yang
ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi
Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin
yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu bendera dan
menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari luar
dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim
penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan
kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di
antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu
yang paling disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya
selalu didengar dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada
Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih
melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah
dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka
serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat
bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan
seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan
sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi
panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan
titik-titik kelemahan serta sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak
pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan
bertempur melawan musuh bila kepadamu diperintahkan untuk berperang
menghalau musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami
menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur melawan musuh
sedangkan kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan
dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan
menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami
alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang datang
menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan
gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan
dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan
segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya."
Somu'il
berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula keinginanmu
untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing kamu ,
maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan
Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja
bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk
dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama
"Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah
mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah akan memberinya
jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka dengan
orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang
berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas tampan. Dari
pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah seorh
yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani.
IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil
sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk
tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout
sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah
dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang
sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang
hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun
tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia
mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah
bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang
itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah
berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya
kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan
keterangan dan petunjuk kepada kami di mana kiranya kami dapat
menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang nabi yang menerima
petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali
mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang kepadanya."
Thalout
menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju
tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada
beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi:
"Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2
meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia
sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu."
Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para
gadis itu memberikan keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya
yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang
mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling
pandang memandang, berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang
menemui bapak untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami
diberi keterangan dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali
keldai kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami
temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il
setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah
orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan
penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku
cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat
ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu
dengan urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin
menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari soal
keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il
sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah kacau-balau serta
membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki
negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam
segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat
menjadi seorang raja dan pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang
dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari pengaulan
orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak
dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan
perintah-Nya. Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan
tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan
melengkapi segala kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas nikmat dan
kurniaan Allah ini. Terimalah tugas suci ini dengan keteguhan hati dan
kepercayaan penuh akan pertolongan dan perlindungan Allah kepadamu."
Kemudian dipeganglah tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya
menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai kaumku, inilah orangnya
yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia berkewajiban
memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya dan
setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala
perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah
kamu di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang
melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul
mengerumuni somu'il mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat
Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan dengan mulut
ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan
mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang menandakan kehairanan
dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir
oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan
tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan
dan pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada
Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan dapat memimpin
kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal
orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain
ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani
Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja
Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki pengalaman dan
kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta
mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp
mereka yang berada di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan
berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang
dikemukakan oleh kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang
tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan,
kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2 itu
terdapat dalam dir Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat,
perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang tampan yang memberi
kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia
adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain
setelah Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka,
"Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak
dapat berbuat lain selain meneriam kenyataan ini. Akan tetapi untuk
menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri Thalout, berilah kepada
kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar
pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah
mengetahui watak dan tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu
tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak
mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera
kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout
menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan kembali peti
keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh bangsa Palestin.
Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa oleh malaikat. Pergilah
kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya."
Setelah
ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya
kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang-orang
Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka
dengan memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi
segala nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas
pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai raja
ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan
orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi
bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala
tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai tanggungan
keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga dapat
membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga
bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka
dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk
mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang
disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya, Thalout
berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya
matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kamu
minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat
kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya
barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk
tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang
pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya
dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh
Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera
Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil
sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara
tepat. Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan
dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun
telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota
tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya
menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan
berdisiplin sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya
bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil
yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya.
Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari
air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk
menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi
musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan
musuh, sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar
disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan
melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan
besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang
lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".
Jalout,
panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang berani,
cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang
yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah
menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan
Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan
sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini.
Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada
pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan
golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak merasa takut dan
gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka lebih
besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan
perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan
negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada
Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah
berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas
rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata
mereka kepada kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk
bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan yang
sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan menggondol kemenangan
bila iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami
akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah,
bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar,
bila Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah
selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan
tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang
ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout
terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon
pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat
berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran dimulai, keluarlah
dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima besarnya yang bernama
Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout
mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru
dengan suara yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang
akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar
adri tengah pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan
hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani
Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi
Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan
itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu
rendah diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il
yang sedang memandang satu kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam
hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat maju
membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya,
datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja
berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan
keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar
menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa
kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk
bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri
yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya
untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan
dan hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda
itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke
gelanggang melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia
semuda itu, yang belum pernah turun ke medan perang dan tiak
berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup dari pertarungan
melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout,
bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung
dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan
menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun
kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman
muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang
untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia
kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan
fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku
melawan Jalout karena yang menentukan dalampertarungan bukanlah hanya
kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting
dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan bertempur serta iman dan
kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya seseorang
hamba-Nya. beberapa hari yang lalu aku telah berhasil menangkap seekor
singa dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan sebelum
itu terjadi pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil
membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau
kekuatan badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran
tetapi keberanian dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan
bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan
senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar
kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan
jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin
melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat
mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk
melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya
dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh
anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah
baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang
pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa
menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu
kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah
Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya
bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang
bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu
menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku
beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang
durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu,
keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di
mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya
berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout
melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia
adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan
tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek
dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk
mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan
engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan
hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum merasakan
suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari
pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan nyawamudalam
sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi
binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda
menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh
merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup
menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini.
Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama
engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi
akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau
kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan
mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah
maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera
mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke
arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan
derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan
batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout
tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah
suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isra'il
menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan
kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah
semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri
tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan
Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri
serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah
Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di
bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin
sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di
jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung
halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang
saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang
zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah
mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout
memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?"
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi
rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa."
Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja
ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun
tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman. 249~ Maka tatkala
Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan
menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum
airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tidak merasakan airnya
kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia adalah
pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali beberapa orang di
antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman
bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout
dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui
jalan Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta
orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak
oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran
atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan
tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud
membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud}
pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah
mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~
251 }
Catatan tambahan
Nabi
Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di
mana ia diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah suci yang
dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai memasukinya.