apa yang akan kita katakan apabila ada saudara atau teman kita yang mendapat musibah?
“Yang sabar ya kawan, Allah sedang mengujimu.” Atau “Innalillahi wa innailaihi raji’un… mudah-mudahan kamu diberikan kesabaran atas cobaan ini” atau anda malah berkata, “Syukurin! Emangnya enak!” (hehe… Ya nggak lah), apapun perkataan itu pasti mengajak saudara kita itu agar sabar dalam menghadapi ujian hidupnya.
Berbeda lagi perkataan kita itu ketika teman kita mendapatkan sebuah
kenikmatan. Entah itu berupa harta, kekuasaan, atau hal lain yang
menggembirakan, pasti yang kita ucapkan adalah kata-kata selamat, turut
berbahagia, dan seabreg pujian lain yang ditujukan untuknya. Tidak akan
terbersit sedikitpun di fikiran kita untuk mengatakan, “Yang sabar ya kawan” kepada teman kita itu. Betul nggak? Ya iyalah, temen dapet rejeki kok disuruh sabar, ya nggak nyambung lah…
Yakin? Yuk kita cek dulu bersama-sama.
Ujian, sesungguhnya telah dibagi oleh Allah menjadi 2 macam. Ujian berupa kesusahan dan ujian berupa kenikmatan.
Allah berfirman, "Setiap ruh akan mengalami mati. Dan sungguh Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan, sebagai cobaan. Kepada
Kami kamu akan kembali." (QS al-Anbiya: 35).
Terkadang manusia diuji dengan kesulitan, kesusahan, kemiskinan,
ketidakberdayaan, dan cobaan lain yang serupa. Namun terkadang pula
manusia diuji dengan kesenangan. Diuji dengan kemegahan rumah,
kemewahan, kekuasaan, kepopuleran dan semua keenakan lainnya. Terkadang
ujian itu datang bersama, kadang pula bergantian. Dan setiap orang
pernah mengalaminya.
Telah banyak manusia yang bisa dianggap “berhasil” menghadapi ujian yang
berupa kesulitan, namun sedikit yang mampu melewati ujian berupa
kesenangan. Lebih banyak manusia gagal dalam ujian berbentuk kebaikan
daripada ujian berwujud musibah. Kenapa bisa begitu?
ketika seseorang dihampiri musibah dan kesulitan, dia pasti langsung
sadar bahwa ia sedang diuji. Karena itulah ia mampu mengerahkan seluruh
kemampuannya agar ia tetap sabar menjalani ujian tersebut. akan tetapi,
hanya sedikit dari manusia yang mampu menyadari bahwasanya kemudahan
ataupun kesuksesan yang ia alami adalah juga suatu ujian yang Allah
berikan untuk mengukur kesabaran hambaNya. Barang siapa bisa bersabar
atas nikmat yang ia dapatkan, maka makin tinggilah derajatnya di hadapan
Allah dan akan ditambahkan oleh Allah nikmat tersebut. tapi sekali
lagi, hanya sedikit yang mampu bersabar dalam ujian berbentuk
kebahagiaan seperti ini.
Sabda Rasulullah SAW, "Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku
khawatirkan atas kalian, akan tetapi aku justru khawatir (kalau-kalau)
kemegahan dunia yang kalian dapatkan, sebagaimana yang diberikan kepada
orang-orang sebelum kalian. Lalu, kalian bergelimang dalam kemewahan
itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula."
(HR Bukhari).
Sesungguhnya kemewahan dan kebahagiaan itulah yang sebenar-benarnya
cobaan. Ketika ia mampu bersabar atas apa yang diberikan kepadanya, maka
selamatlah ia dari sifat-sifat tidak terpuji seperti serakah ataupun
tamak. Dan tatkala ia tidak mampu bersabar akan itu semua, maka jurang
kebinasaan telah menunggu dihadapannya.
Siapa yang tahan jika dirinya mendapatkan kemewahan yang luar biasa?
Siapa yang mampu bertahan dan bersabar atas nikmat yang dikaruniakan
kepadanya? Sekali lagi, hanya sedikit dan hanya ia yang selalu bersabar
menghadapi segala macam bentuk cobaan sajalah yang mampu. Kita perlu
mewaspadai apabila Allah memberi kita kelapangan hidup, kita perlu
berhati-hati bila harta dan kekuasaan amat mudah kita dapatkan.
Bersabarlah atas semua nikmat agar hati kita tetap terjaga dari semua
bisikan setan serta godaan nafsu yang menggebu.
Jadi, tidak salah kan kita mengharap kesabaran dai saudara kita yang sedang diberi kesenangan?
Wallahu'alam bi showab.
No comments:
Post a Comment